Butuh Kolaborasi Pentahelix untuk Atasi Kusta. Belum lama ini aku dapat kesempatan untuk mengikuti acara streaming di You Tube bersama KBR (Kantor Berita Radio). Live streaming kali ini mengangkat tema tentang Kolaborasi Pentahelix untuk Atasi Kusta. Di acara ruang publik KBR ini menghadirkan pemateri Dr dr Flora Ramona Sigit dari Perdoski dan R Wisnu Saputra dari PWI Kab Bandung.
Teman-teman, setelah aku mengikuti acara tersebut, banyak insight yang aku dapatkan tentang kusta dan penderitanya. Ternyata penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae dan bisa disembuhkan dengan rutin berobat.
Penderita kusta, biasanya secara fisik terlihat nyata . Karena itu penyakitnya tidak bisa disembunyikan seperti penyakit lainnya. Sehingga banyak orang menjauhi penderita kusta secara terlihat kecacatannya. Hal ini menjadi PR pemerintah dan pihak terkait untuk mengedukasi masyarakat agar memahami apa dan bagaimana penyakit kusta itu.
Ok teman semua simak yuk review aku dari acara live streaming bersama KBR yang dipandu oleh host Ines Nirmala…
Penderita Kusta Jangan Di-diskriminasikan
Teman-teman, pernahkah kalian melihat orang dengan (maaf) penampilan fisik cacat dan meminta-minta di traffic light? Mereka duduk di jalanan dengan tangan menengadah meminta belas kasihan kita. Tampak secara kasat mata, jemari dan kaki serta wajah mereka yang tak sempurna.
Yah mereka adalah penderita kusta. Mereka berjuang untuk dapat bertahan hidup. Mungkin sebenarnya mereka tidak mau meminta-minta, tapi karena keadaan yang membuat mereka hidup demikian.
Kenapa mereka melakukan itu? Menurut Dr dr Flora, hal itu dikarenakan penderita kusta tidak mendapat tempat di tengah masyarakat. Padahal bagaimana pun penderita kusta juga bagian dari warga masyarakat juga.
Menurut dokter penyakit kulit dan kelamin ini, penderita kusta ini seringkali dalam hidupnya mengalami stigmatisasi dan pendeskriminasian dalam hal kesehatan. Sehingga membuat penderita kusta mengalami tekanan dalam 4 hal. Yakni:
1. Kesehatan Fisik, penderita kusta terlihat fisiknya ya cacat.
2. Kesehatan Mental, karena fisiknya cacat mempengaruhi mentalnya ketika masyarakat tidak memberikan kesempatan untuk hidup secara wajar.
3. Kesehatan Sosial, saat penderita kusta tidak mendapat tempat, secara sosial terkucilkan dan tidak bisa bekerja seperti layaknya orang yang bukan penderita kusta.
4. Kesehatan Spiritual, karena terkucil mereka tidak bisa menunaikan ibadah di masjid, gereja, pure dll.

“Jangan ada diskriminasi pada penderita kusta, karena penyakit ini bisa sembuh asal mau berobat rutin” , ujar Dr dr Flora.
Lebih lanjut dikatakan dr Flora bahwa, penyakit kusta adalah penyakit menular yang paling tidak menular. Maksudnya penyakit kusta bisa menular tapi membutuhkan waktu lama antara 5-10 tahun pada seseorang karena intens kontak dekat secara fisik. Tapi kalau penderita kusta itu rutin berobat ya tidak akan menular pada orang lain.
Untuk membantu agar penderita kusta tidak mengalami stigma negatif, perlu ada usaha pihak- pihak terkait. Misalnya pemerintah, tokoh publik dan tokoh agama untuk mengkampanyekan bahwa penderita kusta tidak berbahaya dan bisa sembuh, asal rutin berobat.
Perlu Edukasi pada Masyarakat Tentang Kusta
Sedangkan pemateri lainnya yakni R. Wisnu Saputra menyampaikan pendapatnya tentang penderita kusta. Menurutnya , Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak yang warganya menderita kusta. Karena itu butuh penanganan serius dari pemerintah serta peran tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mengedukasi masyarakat dalam hal penyakit kusta.

Wisnu yang seorang jurnalis ini menilai, pemberitaan seputar kusta memang masih minim sekali. Sehingga butuh peran banyak pihak agar penderita kusta tidak semakin terpinggirkan. Yakni salah satu caranya dengan mengkampayekan bahwa penderita kusta bisa sembuh dan memiliki kesempatan yang sama dengan warga lainnya.
Senada dengan Dr dr Flora, Wisnu pun berharap agar penderita kusta tidak dikucilkan. Dikatakan, asal penderita kusta mau berobat, penyakitnya bisa disembuhkan dan tidak menular pada yang lainnya.
Kedua pemateri dalam live streaming pagi itu (12/4) Dr dr Flora dan R Wisnu Saputra, berharap kolaborasi antara pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama juga pihak yang intens di media sosial akan bisa membantu atasi penyakit kusta.
“Harus ada kolaborasi untuk mengedukasi masyarakat tentang kusta, juga upaya pada penderita kusta agar mau berobat untuk atasi penyakitnya” , tandas dr Flora. Sebab tanpa kolaborasi pentahelix (multipihak) sulit untuk mengatasi kusta.
Nah teman-teman semua, semoga kita paham ya bahwa penyakit kusta tidak akan menular bila penderita kusta rutin berobat. Beri kesempatan pada saudara kita yang sembuh dari kusta untuk hidup wajar, tidak mendapatkan stigma negatif terus menerus dan tidak diperlakukan diskriminatif ya…
Semoga!
Betul sekali bahwa kita nggak bisa sendirian untuk mengatasi permasalahan kusta ini. Apalagi masih banyak masyarakat yang perlu diedukasi bahwa soal kusta yang harus dilawan adalah stigmanya bukan orangnya.
Sepakat kak, emang harus ada edukasi pada masyarakat agar memeriksakan kusta jika terasa gejalanya.
Kusta ini emangg kayak TB yah, stigma di masyarakat masih negatif dan masif pemberitaan yang bahkan penderitanya bisakehilangan pekerjaan. huhu sedih banget
Ternyata kusta masih menjadi permasalahan di Indonesia ya mbak
Butuh kolaborasi Pentahelix untuk tasi kusta
semoga dengan adanya webinar seperti ini semakin banyak orang teredukasi bahwa kusta adalah penyakit yang bisa disembuhkan, dan penderitanya justru harus mendapatkan support, bukannya dijauhi.
Soal kusta ini memang stigmanya masih kuat banget sih menurutku di masyarakat kita, jadi banyak merugikan para penderita/penyintas kusta ya, jadi mereka sering didiskriminasi, edukasi ke masyarakat hrs lebih massive lagi
Stigma kusta itu bukan hal kecil. Memang diperlukan banyak kerjasama dari berbagai pihak agar penyelesaiannya segera ditemukan
kusta udah jadi endemi menahun yaa dan belum kelar-kelar, emang harus kerjasama seluruh pihak dan berbagai kementerian buat menyelesaikan permasalahan ini
Edukasi mengenai penyakit kusta ini semoga dibaca masyarakat luas agar bisa hidup bersama dengan nyaman dan tidak ada lagi diskriminasi. Baik dari status sampai ke pekerjaan yang bisa dinilai dari keahliannya di bidang tersebut.
Aku jadi ingat banget waktu aku kecil, zaman tahun 80-an saat kusta masih banyak diderita orang. Ibukku suka wanti-wanti agar aku menjauh kalau ada orang yang ketahuan kusta. Katanya menular. Soalnya memang pengetahuan tentang kusta ini masih awam di masyarakat.
Sepakat, penderita kusta jangan disepelekan yak. Karena banyak di antara mereka yang emang bener-bener berbakat dan butuh kesempatan untuk membuktikan